Apa kabar teman
masa kecil?
Apa kamu masih ingat
aku?
Apakah kamu masih seperti dahulu?
Atau sudah
berubah?
Apakah kamu masih mengingat momen-momen dimana kita mengisi lembaran
kosong kehidupan?
Apakah kamu sudah bahagia sekarang?
Dan apakah kamu masih
mengingatku sebagai temanmu?
Pertanyaan-pertanyaan
yang selalu terngiang di telingaku membuatku penasaran bagaimana kehidupannya
sekarang.
Lina, adalah
salah satu teman masa kecilku yang menurutku dia itu special bagiku. Dari sekian
banyak teman sd-ku, aku memilih lina untuk aku ceritakan sekarang. Bukan berarti
yang lain bukan temanku, tapi lina sudah aku anggap sebagai unni-ku. Ketika sd
beliau adalah salah satu cewek tomboy dikelas. Dia sangat dekat denganku waktu
itu.
Aku, adalah anak
bungsu yang manja dan cengeng. Ya, waktu sd aku sering diejek oleh teman-teman
sekelasku, tapi lina selalu membelaku. Pernah suatu ketika pas jam istirahat, aku
diejek oleh teman-teman sekelas, dan aku nangis lalu pulang kerumah. Pada waktu
itu, aku tak peduli dengan guru,nilai ataupun tas yang kutinggalkan dikelas. Dan
ketika pulang sekolah, lina dan beberapa temanku kerumahku dan membawakan
tasku, padahal jarak rumah kita cukup jauh dan berbalik arah dari sekolah.
Lina, beliau
adalah sosok yang mandiri, tegas, dan humble. Aku lumayan kenal dengan ibunya
waktu itu. Setiap hari jum’at sehabis pulang sekolah, aku sering main
dirumahnya, dan pulang ketika kaka-ku pulang ngaji. Kebetulan tempat ngaji
kaka-ku dekat dengan rumah lina.
Waktu sd, tanganku
pernah patah. Terpaksa aku tidak masuk sekolah beberapa hari. Aku juga malu
masuk sekolah karena waktu itu tanganku masih dibidai. Setiap pulang sekolah,
lina kerumahku walau sekedar memberitahu tentang materi disekolah dan
tugas-tugas dan main batu lima. Tapi, hal seperti itulah yang membuatku bahagia
waktu itu. Seiring berjalannya waktu, kami lulus di bangku sekolah dasar dan
melanjutkan ke smp. Kami satu sekolah tapi dengan kelas yang berbeda. Kami masih
sering berkumpul walau hanya sebentar, dan itu berlaku sampai semester satu. Ketika
aku bermasalah dengan salah satu temanku. Sejak saat itu aku tidak begitu akrab
dengan lina.
Hal yang paling
aku sesali sekarang. Kenapa dulu aku ikut memusuhi lina? Padahal waktu itu lina
hanya tidak ingin berpihak padaku ataupun yang lain. Lina hanya ingin jadi
penengah. Tapi aku malah menganggapnya sebagai musuhku. Aku sangat menyesal sekarang, hubunganku pun
tidak seakrab dulu. Aku malu pada lina. Karena sikapku yang kekanak-kanakan. Memang
umur kita waktu itu masih 12 tahun. Tapi apakah lina bisa memaklumi sifatku
itu?.
18 februari
2018, aku diberitahu oleh kakaku bahwa lina menikah. Aku check semua undangan dan orang-orang yang ada dirumah, apakah aku
mendapat undangan dari lina. Ternyata tidak, aku berpikir bahwa lina mungkin
lupa denganku. Tapi aku turut bahagia atas fakta bahwa sahabat kecilku
menikah.. dipikiranku saat itu, aku gak peduli lina mau mengundangku atau
tidak, aku harus datang ke acara resepsinya.
25 februari
2018, saat itu aku baru pulang kerja. Aku pulang ke rumah dan mendapati surat
undangan dari lina. Wohoo,, I’m so excited, entah kenapa aku sangat bahagia
waktu itu.
Notes:
Lina, mulutku
tidak pandai untuk mengungkapkan betapa bahagianya aku bisa berteman dengan
orang sepertimu. Aku sangat berterimakasih mempunyai teman sepertimu, kamu
selalu mengerti aku, membela aku. Akupun cukup malu untuk bilang maaf atau
terimakasih. Mungkin dari tulisan ini terkesan berlebihan. But, inilah caraku
mencurahkan semua isi hatiku karena aku bersyukur punya sahabat kecil
sepertimu. Terimakasih lina....
Last.. Happy Wedding
Lina aprilianti. Semoga menjadi keluarga yang SAMAWA.. amin ya rabbalalamin..
Karawang, 26 Februari 2018
Teman masa kecilmu, Mega