Selasa, 27 Februari 2018

Masihkah kamu mengingatku?


Apa kabar teman masa kecil?

Apa kamu masih ingat aku?







Apakah kamu masih seperti dahulu? 
Atau sudah berubah?
Apakah kamu masih mengingat momen-momen dimana kita mengisi lembaran kosong kehidupan?
Apakah kamu sudah bahagia sekarang?
Dan apakah kamu masih mengingatku sebagai temanmu?





Pertanyaan-pertanyaan yang selalu terngiang di telingaku membuatku penasaran bagaimana kehidupannya sekarang.






Lina, adalah salah satu teman masa kecilku yang menurutku dia itu special bagiku. Dari sekian banyak teman sd-ku, aku memilih lina untuk aku ceritakan sekarang. Bukan berarti yang lain bukan temanku, tapi lina sudah aku anggap sebagai unni-ku. Ketika sd beliau adalah salah satu cewek tomboy dikelas. Dia sangat dekat denganku waktu itu.

Aku, adalah anak bungsu yang manja dan cengeng. Ya, waktu sd aku sering diejek oleh teman-teman sekelasku, tapi lina selalu membelaku. Pernah suatu ketika pas jam istirahat, aku diejek oleh teman-teman sekelas, dan aku nangis lalu pulang kerumah. Pada waktu itu, aku tak peduli dengan guru,nilai ataupun tas yang kutinggalkan dikelas. Dan ketika pulang sekolah, lina dan beberapa temanku kerumahku dan membawakan tasku, padahal jarak rumah kita cukup jauh dan berbalik arah dari sekolah.

Lina, beliau adalah sosok yang mandiri, tegas, dan humble. Aku lumayan kenal dengan ibunya waktu itu. Setiap hari jum’at sehabis pulang sekolah, aku sering main dirumahnya, dan pulang ketika kaka-ku pulang ngaji. Kebetulan tempat ngaji kaka-ku dekat dengan rumah lina.

Waktu sd, tanganku pernah patah. Terpaksa aku tidak masuk sekolah beberapa hari. Aku juga malu masuk sekolah karena waktu itu tanganku masih dibidai. Setiap pulang sekolah, lina kerumahku walau sekedar memberitahu tentang materi disekolah dan tugas-tugas dan main batu lima. Tapi, hal seperti itulah yang membuatku bahagia waktu itu. Seiring berjalannya waktu, kami lulus di bangku sekolah dasar dan melanjutkan ke smp. Kami satu sekolah tapi dengan kelas yang berbeda. Kami masih sering berkumpul walau hanya sebentar, dan itu berlaku sampai semester satu. Ketika aku bermasalah dengan salah satu temanku. Sejak saat itu aku tidak begitu akrab dengan lina.
Hal yang paling aku sesali sekarang. Kenapa dulu aku ikut memusuhi lina? Padahal waktu itu lina hanya tidak ingin berpihak padaku ataupun yang lain. Lina hanya ingin jadi penengah. Tapi aku malah menganggapnya sebagai musuhku.  Aku sangat menyesal sekarang, hubunganku pun tidak seakrab dulu. Aku malu pada lina. Karena sikapku yang kekanak-kanakan. Memang umur kita waktu itu masih 12 tahun. Tapi apakah lina bisa memaklumi sifatku itu?.

18 februari 2018, aku diberitahu oleh kakaku bahwa lina menikah. Aku check semua undangan  dan orang-orang yang ada dirumah, apakah aku mendapat undangan dari lina. Ternyata tidak, aku berpikir bahwa lina mungkin lupa denganku. Tapi aku turut bahagia atas fakta bahwa sahabat kecilku menikah.. dipikiranku saat itu, aku gak peduli lina mau mengundangku atau tidak, aku harus datang ke acara resepsinya.

25 februari 2018, saat itu aku baru pulang kerja. Aku pulang ke rumah dan mendapati surat undangan dari lina. Wohoo,, I’m so excited, entah kenapa aku sangat bahagia waktu itu.

Notes:
Lina, mulutku tidak pandai untuk mengungkapkan betapa bahagianya aku bisa berteman dengan orang sepertimu. Aku sangat berterimakasih mempunyai teman sepertimu, kamu selalu mengerti aku, membela aku. Akupun cukup malu untuk bilang maaf atau terimakasih. Mungkin dari tulisan ini terkesan berlebihan. But, inilah caraku mencurahkan semua isi hatiku karena aku bersyukur punya sahabat kecil sepertimu. Terimakasih lina....
Last.. Happy Wedding Lina aprilianti. Semoga menjadi keluarga yang SAMAWA.. amin ya rabbalalamin..




Karawang, 26 Februari 2018


Teman masa kecilmu, Mega