Kamis, 27 November 2014

Perlawanan Pangeran Hidayatullah melawan penjajah



                   Perlawanan Menentang Penjajah: Perang Banjar (1859 – 1905))
Campur tangan pemerintah Belanda dalam urusan pergantian kekuasaan di Banjar merupakan biang perpecahan. Sewaktu Sultan Adam Al Wasikbillah menduduki tahta kerajaan Banjar (1825 – 1857), putra mahkota yang bernama Sultan Muda Abdurrakhman meninggal dunia. Dengan demikian calon berikutnya adalah putra Sultan Muda Abdurrakhman atau cucu Sultan Adam. Yang menjadi masalah adalah cucu Sultan Adam dari putra mahkota ada dua orang, yaitu Pangeran Hidayatullah dan Pangeran Tamjid.
Sultan Adam cenderung untuk memilih Pangeran Hidayatullah. Namun Pangeran Tamjidlah yang dekat dengan Belanda dan dijagokan oleh Belanda. Belanda menekan Sultan Adam dan mengancam supaya mengangkat Pangeran Tamjid, padahal dalam surat wasiat dari Sultan Adam yang menggantikan beliau adalah pangeran Hidayatullah.
Di mana-mana timbul suara ketidakpuasan masyarakat terhadap Sultan Tamjidillah II (gelar Sultan Tamjid setelah naik tahta) dan kebencian rakyat terhadap Belanda. Kebencian rakyat lama-lama berubah menjadi bentuk perlawanan yang terjadi di mana-mana. Perlawanan tersebut dipimpin oleh seorang figur yang didambakan rakyat, yaitu Pangeran Antasari.
Pangeran Hidayatullah secara terang-terangan menyatakan memihak kepada Pangeran Antasari. Bentuk perlawanan rakyat terhadap Belanda mulai berkobar sekitar tahun 1859.
Setelah pangeran hidayatullah meninggalkan Martapura dan berkumpul bersama keluarga dan pasukannya kemudian ia berangkat ke Amuntai. Meskipun tidak dengan perangkat kebesaran,oleh para ulama dan seluruh pengikutnya pangeran hidayatullah diangkat sebagai sultan.  Sultan hidayatullah menyatakan perang jihad fi sabilillah. Dalam gerakannya menuju Amuntai pasukannya melakukan serangan ke pos-pos belanda.
Gerakan perlawanan pangeran hidayatullah kemudian dipusatkan diBarabai.Datanglah pasukan Demang lehman untuk memperkuat pasukan Pangeran Hidayatullah.untuk menghadapi pasukan gabungan itu,belanda dibawah G.M Verspyck mengerahkan semua pasukan yang ada. Pasukan infanteri dari batalion VII,IX,XIII semua dikerahkan,ditambah 100 orang petugas pembawa perlengkapan perang dan makanan. Belanda juga mengerahkan kapal-kapal perang dari Suriname,Bone,dan kapal-kapal kecil. Terjadilah pertempuran sengit. Dengan seruan “Allahu Akbar” pasukan pangeran hidayatullah dan Demang lehman menyerbu menghadapi tentara belanda. Mereka dengan penuh keberanian menghadapi musuh karena yakin mati dalam perang ini adalah syahid. Tetapi kekuatan tidak seimbang, belanda lebih unggul dari jumlah senjata dan pasukannya. Pangeran Hidayatullah dan Demang Lehman terpaksa menarik mudur pasukannya,kemudian membangun pertahanan digunung Madang. Semua kekuatan belanda dikerahkan untuk segera menangkap pangeran Hidayatullah. Pertahanan digunung madang pun jebol. Pangeran hidayatullah dengan sisa pasukannya berjuang berpindah-pindah,bergrilya dari satu tempat ke tempat yang lain,dari hutan satu kehutan yang lain. Namun belanda terus memburu dan mempersempit ruang gerak pasukan pangeran Hidayatullah. Akhirnya pada tanggal 28 Februari 1862 pangeran Hidayatullah bersama anggota keluarga yang ikut bergerilya berhasil ditangkap oleh belanda dan diasingkan kecianjur. Berakhirlah perlawanan pangeran Hidayatullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar