Sabtu, 23 November 2013

Janji Kawan Sejati 9-6 (2012-2013)


Janji Kawan Sejati 9-6 (2012-2013)

   Mungkin Suatu hari nanti kita akan bertemu lagi,,tapi hatiku bertanya-tanya...

”apakah kamu masih mengenalku? Dan apakah kau masih menganggapku sebagai sahabatmu?”
_Jawaban dari sahabat-sahabatku_

“selalu,, takkan kulupakan semua kenangan yang penah kita ukir bersama sobatt..”
_Ramdan Wijaya_
                                            
“aku pasti akan mengingatmu kawan,,dan kau pun harus berjanji padaku bahwa kau akan selalu menganggapku sebagai sahabatmu..”
_Zaelani Musthofa_

“jika itu memang akan terjadi dan wajahmu masih aku kenal, tentu aku akan menegurmu dan masih menganggapmu sebagai sahabatku,,karena kamu sudah ada dibagian cerita hidupku..”
_Meila Rahmah_

“jka seseorang merasa dirinya hidup,tentunya orang tersebut akan selalu mengingat seseorang yang pernah hadir dalam hidupnya, mustahil jika ia berkata ‘siapa kamu?’kepada seseorang yang pernah menghiasi hidupnya kecuali orang tersebut hilang ingatan, jika aku melupakan sahabatku sama halnya dengan aku sebagai seorang penipu yang berpura-pura hilang ingatan,karena pada hakikatnya manusia diciptakan untuk saling melengkapi dalam kekurangan,sahabat tetaplah sahabat.. Terlalu bodoh bagiku jika tak ingin mempunyai sahabat,,,akan berlindung pada siapa aku?jika sahabat pun aku tak punya..”
_Safira Rahayu_
_Balasanku_
“aku juga akan selalu mengenal kalian,dan menganggap kalian sebagai sahabatku meski aku dewasa dan bahkan sampai nanti,akan ku ingat selalu kalian dan akan kusimpan janji kalian dimemory otakku yang tak pernah penuh oleh kenangan yang telah kita ukir bersama dalam suka maupun duka,Dan aku sangat berterimakasih pada kalian semua yang telah mengisi lembaran-lembaran kosong setiap hari-hariku..terimakasih kawan..”
_Mega Hartini
{catatan : mudah-mudahan janji semua kawanku yang diatas,itu semua benar #amin}

Jumat, 22 November 2013

cerpen PUISI TERAKHIR


PUISI TERAKHIR
Aku berkaca                       
Bukan buat ke pesta
Ini luka penuh luka
Siapa punya?

        Keningku mulai mengerut  saat mencoba memahami makna sepenggal bait dari puisi tersebut.. Aku mencoba memulai mengerjakan tugas yang diberikan  oleh guruku  di tengah hiruk-piruk ruangan diskusi tempat bimbingan belajar ini. Kulihat sejenak,teman-teman kelas bimbelku sedang mengerumuni kakak pengajar  yang sedang menjelaskan teori Matematika tepat didepanku. Kutengok ke belakang, seorang kakak pengajar menjelaskan soal bahasa inggris yang duduk disampingnya sedang mendengarkan dan mencoba mengingat teknik-teknik tersebut. Yup, hari-hari di bimbingan belajar  ini terasa riuh karena akan menjelang UN. Kulihat keruangan belakang ada beberapa temanku yang sedang asik menikmati makanan dan minuman  sambil bergosip ria di cafe yang baru didirikan,setelah mereka belajar dikelas.
      Sedang asiknya melihat sekitarku,,seorang yang tidak asing bagiku turun dari lantai atas dan datang menghampiriku. Dengan tersenyum ia berkata
 “mau diskusi apa Din?”.
“Bahasa Indonesia ka” jawabku dengan membalas senyumannya
. “Mau diskusi yang mana?”dengan ramah ia bertaya kepadaku,seperti biasanya dan kini duduk disampingku.
 “Iya nih ka, Dinda bingung. Dinda disuruh menganalisa puisinya Chairil Anwar,untuk persiapan ujian nasional B.Indonesia” aku sedikit mrapikan poni rambutku saat mejawab.
 “Kamu ingin memahai puisi Chairil yang mana Din?”tanya kak toni.
“Selamat Tinggal”.
 Ekspresi kak Toni langsung berubah dan sedikit terdiam saat aku  memberitahu judul puisi tersebut. Seperti ada yag dipikirkan didalam benak kak Toni.
 “Kenapa  kak?” tanyaku dengan rasa ingin tahu..
 “Enggak kok Cuma  teringat motto kakak aja” jawabnya.
“motto apa kak?”.
 “Never say goodbye,because someday we will meet again” jawabnya dengan melihat kdu mataku.
 “Ooh, gitu ya kak”.ujarku dengan sedikit menganggukkan kepalaku.
“sampai mana tadi?”. Ia pun memalingkan pembicaraanna.
 “Memahmi sebuah puisi”jawabku sambil menatap wajahnya.
 “Oke, gini. Menurut  pendapat kakak,sebenarnya puisi adalah  sesuatu yang tidak pasti. Tidak seperti Matematika dan Fisika” ia mulai menjelaskan.
 “Setiap orang mempunyai persepsi berbeda saat memahami makna yang tersirat  dari sebuah puisi,karena makna sebenarnya sebuah puisi  hanya diketahui oleh penulis puisi itu sendiri.” ia melanjutkan penjelasannya.
  “Tetapi ada teknik-teknik untuk mencari makna dari sebuah puisi. walaupun hasinnya tidak setepat makna sesungguhnya,namun setidaknya mendekati makna sebenarnya”ujarnya.
 “Iya,teknk, Oke kita gunakan sepuluh metode dari Mursal  Estel aja untuk menganalisa puisi tersebut agar lebih mudah”.
 “Metode dari Mursal Estel?oh iya,Dinda baru inget.. Guru Bahasa Indonesia Dinda pernah bilang kayak gitu. Kalau gak salah metode yang pertama perhatikan judulnya,lihat kata-kata yang dominan,selami makna konotatif,cari makna yang tersembunyi,terus....seperti..anu..he..he..  Dinda lupalagi”.Aku sedikit tertawa mengatakannya.
“Ternyata kamu tahu juga yah,walaupun haya beberapa yang kamu ,,ingat.Kirain kakak ,kamu hanya bisa ngerayu cowok doang”ledeknya sambil tertawa.
“iiiih kakak, Dinda gak kayak gitu”rengekku  sambil mencubit lengan kak Toni.
Memang sih dia agak nyebelin, selalu ngeledekkin Dinda ,tapi Dinda ingi ko’ kak Toni  seperti itu,biar  gak  terlalu serius belajarnya.
 “oh iya, kamu sudah baca kan puisinya?”tanya kak Toni kembali.
 “Sudah kak,malah berulang-ulng kali bacanya”jawabku sambil menunjukkan buku  kumpulan puisi yang ada didepanku.
 “oke, kalau sudah, kita parafrasekan  dahulu puisi tersebut. Setelah itu kita gunakan metode-metode selanjutnya” ujarnya. Dengan semangat aku mengerjakkan tugas tersebut. Karena aku ingin mengerti apa yang tidak mengerti.
***
    Hampir satu jam  aku mengerjakkan tugas tersebut dengan dibimbing kak Toni dan akhirnya selesai tepat  pada bel masuk,tepat masuk kelas.
 “Oke deh,thanks ya kak?” ucapku.
 “you’re welcome”ujarnya sambil tersenyum.
“Yup,Dinda masuk kelas dulu yah?”sambil membereskan bukuku.
 “Tumben semangat banget masuk ke kelas,kamu semanagat masuk hari ini karena gara-gara anak baru di kelas kamu yang mirip Afgan yah ?ciee....kamu suka yah?” ledek kak Toni lagi.
“apaan si ka, engga..engga..Dinda gak suka!”jawabku dengan wajah yang mulai memerah.
Aku langsung bangun dan jalan menuju tangga menghindari ledekkan kak Toni.
“see ya”ucapnya.
 “farewall”jawabku.
 Aku pun langsung menaikki tangga dan menuju lantai 3. Tetapi jalanku sedikit tersendat di tengah tangga lantai pertama karena bertepatan anak-anak kelas enam turun dari lantai 2 yang baru keluar dari kelas. Sedikit menunggu,aku memalingkan wajhku ke samping.Dari sana aku bisa melihat seluruh ruangan lantai 1. Ku lihat kak Toni sedang bersalaman dengan kakak pengajar lainnya saat kak Toni berjalan keluar dari gedung berlantai 3 ini.  “Enggak seperti biasanya kak Toni pulang bersalaman dengan kakak pengajar lainnya” benakku  bertanya.
 Pikiranku terbuyarkan saat  temanku yang ada dibelakang mendorong tubuhku untuk berjalan karena mereka sudah melewati kami.Sampai dilantai 3,aku pun bergegas masuk ke kelas dan duduk dibangku terdepan. Tidak lama kemudian anak baru itu datang dan duduk tepat disampingku.wajahku kini seperti lobster yang sedang direbus.
***
     Dua hari kemudian,aku terlambat datang ke tempat bimbel karena ada pelajaran tambahan dari sekolah untuk menghadapi UN. Tapi aku masih semangat ingin masuk ke kelas karena seingatku hari ini diajarkan oleh kak Toni . Namun, saat aku membuka pintu pintu kelasku. Ku lihat kak Santi sedang asik mengajar. Sedikit heran aku bertanya
 “Loh, kok ka Santi yang ngajar?kak Toni kemana?”.
“Iya,kakak yang ngajar  sekarang,gantiin kak Toni. Loh emangnya kamu belum dengar beritanya Din?kemarin kak Toni berangkat ke Inggris untuk melanjutkan kuliah S2 nya. So,he is not teaching here again” jawab kak Santi dengan sedih.
Aku langsung terdiam tak percaya mendengr kabar tersebut. Tiba-tiba badanku lemas dan tak kuasa menahan tubuhku yang mulai tidak seimbang. Ku coba duduk untuk mengendalikan perasaan kehilangan yang sedang meremas hatiku. Pikiranku melayang dan mulai sadar akan tanda-tanda yang di berikan kak Toni. “Never Say Goodbye,Because someday we will meet again”. Air mataku mulai mengalir  deras teringat saat kita berdiskusi dan bercanda. Tidak terpikir olehku,puisi kemarin adalah puisi terakhir dariku untuknya dan bait terakhir puisi itu kini terngiang di benakku.
Segala menebal, segala mengental
Segala tak ku kenal.. Selamat Tinggal....

Kamis, 21 November 2013

Hujan,jangan kau basahi pesawat kertas sahabatku


“Hujan, , jangan kau basahi
 pesawat kertas sahabatku”
Hujan rintik-rintik dipagi hari membasahi permukaan tanah yang kering akibat kemarau panjang kemarin.
“Alhamdulillah,,akhirnya hujan turun”ujarku dalam hati yang membuatku untuk berhenti melangkahkan sepatu
“Zis kamu belum berangkat sekolah?sudah jam setengah tujuh tuh..”sahut ibuku diruang tengah dekat dapur
“iya bu, sebentar..masih hujan”jawabku
     Hujan yang membasahi pesawat kertas mainan adikku yang ada diluar mengingatkanku pada satu pesan sahabatku ,Mala.
“Zis, jikalau musim hujan tiba.. aku minta kamu untuk membuat pesawat kertas tahan air”
“hahaha ada-ada saja.. mana ada pesawat kertas tahan air?!”
      Tak terasa hujan pun mulai reda, aku pun bangkit lalu memakai tas sambil berpamitan pada ibuku. Ditengah jalan aku terus saja penasaran atas apa maksud apa yang disampaikan Mala.(kebetulan aku saat itu berangkat dengn berjalan kaki)
Setelah sampai disekolah,tepatnya di depan pintu kelasku.tiba-tiba..
“Dor..”hentak Mala
“Wush.. Mala-Mala,,kamu ini bikin kaget saja”ujarku
“Zis,gimana tugas yang kuberikan?”tanya Mala
“Tugas yang mana?(pura-pura tidak tahu)”tambahku
“jie..elah.. udah deh pulang sekolah aku tunggu kamu dibelakang sekolah dekat taman..”
“haha.. iya sipp.. bu iya..”jawabku
     Bel masuk pun berbunyi,Mala pun langsung berlari ke kelasnya yang jaraknya lmayan jauh dari kelasku. Akupun begitu. Dalam proses belajar mengajar disekolahku terkenal dengan istilah “MOVING CLASS” tapi, dikarenakan hujan, semua tetap berada dikelasnya masing-masing. Tiga orang temanku datang menghampiriku..
“Hey kamu..Abdul Azis Kuncoro!”panggil temanku Roemsadi
“Woyy..brow ada apa?”jawabku
“Bagaimana kalau pulang sekolah kita ke rental band?”ajak temanku Mario Firdaus
“Ohh..tapi..” bantahku
“Tapi apa?ayolah,,bukankah kamu ingin jadi pemain band kelas kakap”jawab kolai aditia (Kosadi Lamati Sirait Aditia dia anak orang kaya)
“iya..iya deh”jawabku
Hujan kembali turun. Kali ini dengan isertai angin kencang,,bel pulng yang biasanya terdengar kencang kini terkalahkn oleh suara hujan. Para murid pun pulang,aku bersama ke’3 temanku pergi ke rental band menggunakan mobil kolay yang baru saja tiba. Ditengah perjalanan aku terus bernyanyi.baik lagu Indonesia Malaysia,maupu Inggris,,tapi ketika ku bernyanyi lagu dngan syair “pesawat terbangku kepadanya”milik exists aku langsung teringat Mala..iya Mala sahabatku yang mungkin sudah menunggu dalam hujan.
“Hoy..pak supir Stop!”teriakku
“Eh kamu mau kemana Zis?”tanya Roem
Aku langsung membuka pintu dan berlari menuju sekolah yang saat itu jaraknya sudah jauh kutinggalkn. Ku tebas,kulewati air hujan yang lebat basahi tubuhku. Kulihat..ku berlari ke taman tmpat dimana Mala menunggu. Ku kelilingi  taman itu, kulihat ada seseorang yang tergeletak ditengah hujan sambil memegang pesawat kertas,dan ternyata itu Mala sahabatku. Aku berlari menghampirinya,memeluknya. Kulihat catatan pesawat kertas miliknya,

“Zis, hari ini mungkin hari terakhir ku melihatmu,bermain denganmu,tolonglah kau mengerti bahwa aku harus segera prgi jauh meninggalkan dunia ini”
_Mala Jasmine Erika_

Disaat itu kusadar Mala sudah tidak bernafas lagi..
“Bodohnya diriku telah meninggalkan sahabatku,mengingkari janji,sehingga membuat sahabatku meninggal..

Karya : Diki Azis